1460

        Detik masih berjalan, kali ini umur ku tidak semuda waktu aku bertemu dengan mu, entah bagaimana perasaanku masih sama, tertuang pada tempat yang penuh. Sebagian diri ku sedang menulis tentang mu dan sebagiannya lagi sedang berharap perpisahan kala itu adalah akhir dari segala akhir tentang kita. 

        Selepas Desember lalu, aku masih duduk diam dan terkadang melamun tentang mu dan kali ini aku sedang termenung di penghujung Januari dan masih meratap kegagalan. Terkadang penyesalan akan tetap sama sampai menua, penyesalan berdampingan dengan titik kekuatan setiap umat manusia. Aku masih saja menyesali perpisahan, entah itu tentang merelakan ataupun mengikhlasan dan bisa saja itu hanyalah tentang  membenci keadaan pada saat harus pergi untuk mengucap selamat tinggal.

        Gumam dan amarah sedang berdampingan untuk mengelak kenyataan. Kini kian hari aku masih saja mengucap "apa kabar" dan lalu dibalas dengan hembusan angin dan helaan nafas yang juga sama, terasa berat tanpa ada sejuknya udara. Setelah berbulan-bulan harus melawan pikiran tentang mu, aku masih saja mencari-cari kesakitan diri ku sendiri dengan melihat semua kegiatanmu dari jauh dan mengucap aku masih mencintaimu dalam diam, bahkan kamu pun tidak mendengarnya ataupun membalas dengan mengirimkan perkataan yang sama.

        Kita tidak lagi saling berbicara tentang apapun, entah itu tentang gunung, pantai dan segala kesenangan kita bersama, semua menjadi diam dan yang paling aku tahu adalah aku selalu mengucap kata-kata terbaik ku dalam tulisan berlandaskan kenangan sampai sekarang. Bagaimana jika kita terus mengucap janji untuk masa depan, bagaimana jika janji itu kita tepati, dan bagaimana kita? mungkin kebahagiaan kita akan benar nyata, aku tidak sendiri dalam sunyi, karena kamu mendampingi, lantas bagaimana jika itu terjadi?

        Jika tanyamu tentang aku didalam sunyi, jawaban yang kamu dapatkan tidaklah benar, aku disini masih meratapi hampa, dimana kenangan kita itu seperti terputar kembali, terkadang dengan air mata dan terkadang dengan ulu hati yang mengkerut seperti luka tertusuk kaca, jangan berharap dengan senyum terbaikku, senyum itu sudah terkubur setelah perpisahan kita.

        Setiap langkah dan kasih sayang yang kita ciptakan selama 1460 hari akan selalu menjadi pendamping hingga kelak usiaku sudah menipis. Tujuanku dahulu menua bersama dan sekarang benar adanya, aku menua dengan ingatan tentangmu.

        Aku ingin menanyakan ini, "apa kamu ingat malam dimana kita dibawah ratusan bintang?" aku masih mengingat dan menyimpan segala foto yang masih rapi didalam arsip-arsip di komputer ku. Dan sekarang kamu sudah berhasil melewati masa dimana melupakan ku sudah berada ditahap puncaknya, mungkin kamu bertemu orang yang sudah merangkul mu seperti aku merangkul mu dahulu. Sekarang genggam tangan mu aku harap semakin erat melebihi kamu menggenggamku.

        Maaf, jika aku masih memikirkanmu, aku masih belajar mengendalikan pikiran seperti saran kamu dahulu untuk masukan kehidupan ku. Aku hanya saja cemas terhadap apa yang aku alami sekarang, aku takut menciptakan sosok dirimu untuk orang lain atau menciptakan ilusi dan bayangan yang menyerupaimu. Ketakutan ku sangat besar, aku tidak ingin menjadi orang yang menakutkan untuk siapapun, aku ingin baik-baik saja seperti aku dengan mu.

        Terima kasih, Tulisan ini hanyalah untuk rintihan yang aku rasakan, tentang apa yang aku alami setelah perpisahan, aku takut menjadi hancur dan lupa jalan pulang, aku takut menjadi gelisah terus menerus, aku takut jika aku tidak bisa mengikhlaskan tentang mu, dan aku takut aku terus berdampingan dengan rasa yang keliru.

Komentar

Postingan Populer